Menjaga Kader HMI Dari Paham Sesat - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday 15 October 2017

Menjaga Kader HMI Dari Paham Sesat


YakusaBlog- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sebagaimana organisasi yang berazaskan Islam (pasal 3 AD HMI), tentulah menjadikan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar pemikiran dan dasar perjuangan. Jikalau kita tinjau kembali kebelakang, berdirinya HMI disebabkan salah satu karena faktor di mana pada masa itu (pra-HMI) mahasiswa Islam berada dalam cengkraman paham-paham sesat. Organisasi-organisasi yang beraliran sekuler menjamur dikalangan mahasiswa Islam di Indonesia, sehingga mengakibatkan ide-ide westernisasi (kebarat-baratan) dapat berkembang pesat. Ditambah lagi berkembangnya ide-ide sosialis-komunisme yang tambah menyesatkan mahasiswa Islam di Indonesia.

Dengan semakin kencangnya persaingan ideologi di kalangan mahasiswa, demi mempertahankan ide-ide Islam di HMI, maka kader-kader HMI mulai menyusun suatu kurikulum pendidikan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sehingga muncullah istilah perkaderan HMI hingga sampai yang kita rasakan saat ini, walau di sana-sini terdapat perbedaan. Akan tetapi, tujuannya tetap sama, yaitu peningkatan kualitas mahasiswa Islam yang bergabung dengan HMI (internal), dan pengabdian pada ummat dan negara (eksternal).

Sedikit berbicara di zaman rezim Soeharto, terkait paham-paham yang kita katakan sesat, yang menyimpang dari Pancasila (sebagaimana maksud rezim Soeharto) harus dibubarkan. Maka pada tahun 1966 lewat TAP MPRS Nomor XV, ideologi-ideologi Komunisme, Marsxisme, Leninisme dan simpatisan-simpatisannya dilarang di Indonesia. Memang itu layak dilakukan Soeharto, karena sangat menyesatkan pemikiran dan terus memunculkan kegaduhan, bukan memberikan solusi yang tepat.

Kembali kepada pembicaraan di zaman tersebut, paham-paham sesat yang bertentangan dengan Pancasila tidak diperbolehkan berkembang, baik lewat tulisan-tulisan atau pun bentuk-bentuk diskusi. Ditambah lagi, pada tahun 1980-an, Soeharto mensahkan Undang-Undang terkait azas tunggal organisasi. Di mana setiap organisasi kemasyarakatan dan kemahasiswaan harus berasaskan Islam. Mau tidak mau HMI pun ikut beradaptasi, sehingga memunculkan polemik pada Kongres XVI di Padang.

Setelah pemerintahan Soeharto tumbang pada tahun 1998, di mana isu reformasi dan demokrasi selalu didengungkan oleh rakyat Indonesia, maka hal itu pun tercapai. Sehingga secara hukum ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) diubah (amandemen) sebanyak empat kali, dari tahun 1999 sampai tahun 2002. Isu-isu Hak Asasi Manusia (HAM) mulai dibicarakan, penyebaran ideologi-ideologi sesat, seperti sekularisme, liberalisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sebangsanya menjamur di Indonesia. Di sana-sini mulai ditemukan atau diterbitkannya buku-buku berpaham kiri (sesat) yang sangat bertentangan dengan agama dan ruhnya bangsa Indonesia.

Perlu saya jelaskan di sini, yang saya maksudkan dengan paham sesat adalah ideologi-ideologi yang menyesatkan manusia, terkhususnya kader-kader HMI, baik secara fisik maupun non-fisik. di mana ideologi-ideologi tersebut adalah turunan daripada aliran filsafat materialisme (yang menuhankan materi) dan aliran filsafat rasionalisme (menuhankan akal). Seperti adanya, paham sosialisme-komunisme, kapitalisme, liberalisme, relativisme, positivisme, sekularisme, dan paham-paham sesat lainnya. Singkatnya, paham sesat yang tidak perlu diikuti oleh seorang kader HMI yaitu paham yang tak berdasarkan Islam.

Seiring perkembangan zaman, penyebaran paham-paham sesat tersebut pun ikut berkembang. Bahkan, paham-paham sesat yang kita maksudkan tadi secara sadar atau tidak sadar masuk ke dalam diri kader atau ke dalam HMI itu sendiri. Dengan kecanggihan tekhnologi sekarang, lewat pendekar-pendekar ideologi kiri (paham sesat), mereka memanfaatkan tekhnologi informasi untuk menyebarkan paham-paham komunisme, liberalisme, kapitalisme, sekularisme dan yang lainnya.

Dalam penyebarannya, mereka pun mendesain suatu kegiatan agar dengan mudah menyebarkan paham-paham sesat tersebut, baik itu lewat penerbitan buku-buku dan lewat tulisan-tulisan di media online. Tidak jarang, kader-kader organisasi Islam, khususnya kader HMI terpengaruh olehnya. Bahkan kader kita menjadi ide-ide komunisme menjadi bagian daripada solusi terkait keadaan ini. Padahal jika kita nilai secara objektif, sosialisme-komunisme itu tidak dapat memberikan solusi yang tepat, karena ajaran dan doktrinnya sudah sesat.

Terkadang, di dalam lingkungan kader-kader HMI, dengan bangganya mengemukankan teori komunisme, liberalisme, sekularisme, dan kapitalisme. Ia tidak bangga dengan teori-teori Islam yang bersumber dari Allah Swt. bahkan kader-kader kita ada yang mulai meragukan ajaran agamanya. Ia menganggap bahwa ideologi sesat tersebut menjadi solusi atas permasalahan. Padahal kalau kita tilik ke negara-negara asal paham-paham tersebut, semuanya telah gagal.

Kader-kader kita terkadang lebih bangga membawa buku Das Kapital, MADILOG, Manifesto Komunis, dan buku-buku murahan lainnya. Kader-kader kita lebih rajin membawanya ke mana-mana kemudian membukanya dibanding membawa dan membaca Al-Qur’an dan Hadist. Sesuatu keadaan kader yang sudah kronis dalam pemikiran. Kader HMI, tapi tidak berdasarkan pemikiran yang Islam.

Apa yang harus dilakukan?

Menurut saya, untuk menangkal dan majaga kader-kader HMI dari virus-virus paham sesat yang kita maksudkan di atas tadi, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:

Pertama, Islam harus betul-betul menjadi nafasnya seorang kader HMI. Artinya, dengan Islam sebagai nafasnya, setiap kehidupannya harus dilandaskan dengan Islam. maksudnya juga, Islam jangan hanya dijadikan agama dalam bentuk pasif, tapi Islam sebagai agama dan ideologi harus diaktivitaskan dalam kehidupan sehari-hari di segala aspek.

Kedua, perkaderan yang mana menjadi tembok pertahanan HMI harus betul-betul bisa mengajarkan nilai-nilai Islam dalam perkaderan. Dalam perkaderan harus dijelaskan betapa sesatnya ideologi-ideologi yang kita maksudkan tadi. Dari perkaderan yang melahirkan tulang punggung organisasi (kader) harus yang berjiwa Islami dan berakhlak.

Ketiga, soerang kader HMI harus menguatkan dasar pengetahuan keislamannya. Dengan membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya. Membaca dan mempelajari Hadist Rasulullah Saw. dan membaca buku-buku hikmah lainnya yang ditulis oleh orang-orang sholeh.

Keempat, mempelajari dan tanpa mengikuti ajaran-ajaran sesat tersebut, akan tatapi pengetahuan dasarnya harus kuat. Karena jika kita tidak mempelajarinya, kita tidak tahu di mana letak kesalahannya.

Kelima, sebagai gerakan bersama, setiap kader HMI harus saling mengingatkan dan saling berbagi pengetahuan. Saling mengingatkan agar pikiran seorang kader tidak terjerumus ke dalam lembah sesat tersebut. Dan kemudian mengamalkan apa yang menjadi perintah Islam (Al-Qur’an dan Hadist) dan missi HMI.

Selain dari yang saya sebutkan di atas, pastinya masih banyak lagi usaha-usaha yang harus dilakukan untuk membendung masuknya paham-paham sesat tersebut dan atau mengkrantina kader-kader HMI yang telah terpengaruh oleh virus-virus paham sesat yang kita maksudkan tadi.[]

Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan

No comments:

Post a Comment