“Perkaya hati dengan Qana’ah, sebab hati yang qana’ah itu lebih kaya dari
pada lautan”
Qana’ah secara terminologi adalah
rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang telah dimiliki, serta menjauhkan
diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. (Muzakkir,
Tasawuf, Jalan Mudah Menuju Ilahi, 2012 : 39)
Rela menerima bukan berarti selalu pasra dan bermalas – malasan apa yang
telah diberi oleh Allah Swt, malahan orang yang mempunyai sifat qana’ah cenderung
rajin dan terus bekerja di jalan Allah. Karena ia tau dan selalu merasa diawasi
oleh Allah atas apa yang dikerjakannya melalui para malaikat ataupun secara
langsung.
“Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat – malaikat) yang mengawasi
(pekerjaanmu). (QS. Al – Infitar : 10)
Hal itu lah membuat seseorang yang memiliki sifat qana’ah selalu melakukan
suatu hal yang berguna, yang memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Karena merasa bahwa apa yang dikerjaan semua hanyalah untuk Allah, mencari
Ridho Allah Swt, karena hakekatnya kehidupan ini semata – mata mencari Ridho
nya Allah Swt.
Memiliki sifat qana’ah membuat manusia selalu merasa bersyukur atas apa
yang telah diberikan oleh Allah dan tak akan mengambil hak – hak orang lain
atau merampas hak orang lain.
Baca Juga : Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat Untuk Bahagia
Banyak orang yang memiliki harta berlimpah akan tetapi hati tak kunjung
merasa tenang, selalu merasa kurang dengan apa yang telah dimiliki, tak sedikit
orang – orang kaya masih suka merampas hak orang lain dan mengambil yang bukan
hak mereka. Makanya sering kita temui kasus – kasus korupsi yang marak di media
berita sekarang ini.
Sebaliknya, banyak orang yang berkecukupan harta akan tetapi memiliki hati
yang bahagia, berkumpul bersama keluarga sudah membuat mereka bahagia, tidak
perlu selalu mengejar harta bahkan mengambil hak orang lain.
Harus kita akui salah satu cara memiliki sifat qana’ah tersebut adalah
mendekatkan diri pada Allah Swt. Berserah diri padanya seraya berdoa agar
terhindar dari sifat ketamakan.
Akan tetapi kita lihat sekarang terutama pada pemuda – pemudi jaman
sekarang banyak sekali yang tidak sadar akan tujuannya diciptakan di dunia ini,
selalu apatis, hedonis, pragmatis, dan sekuleris.
Dapat kita bayangkan bagaimana keadaan umat Islam kedepan apabila hal ini
terus menerus menjadi budaya pemuda – pemudi sekarang, wallahu a’lam (Dan Allah lebih tau”.
Muhammad Ridho Pratama Oktaviansyah, mahasiswa ekonomi UISU Medan, Sumatera Utara, penyuka kajian bermanfaat. Email: ridhobegh@gmail.com
No comments:
Post a Comment